HELP PORTRAIT SUMBAWA 2019

ADIWARNA, CHARITY, GUSDE, MARIO JR, TRAVEL

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk hidup berbagi & bersenang-senang, kami di Gusdephotography melakukannya dengan kegiatan Help Portrait Adventure. Salah satu hobi kami yaitu berkendara motor, maka itu kami memutuskan untuk bermotor ke lokasi kali ini. Tambora, Sumbawa menjadi pilihan lokasi Help Portrait tahun ini, selain karena keindahan alamnya, ada 1 sekolah juga yang menjadi tujuan utama kami, sebuah sekolah yang cukup jauh dari kota dan diisi oleh banyak anak-anak. Tahun ini kami merasa sangat beruntung karena seperti dibukakan jalan untuk mendapatkan sponsor-sponsor, mulai dari Duta Intika (kawasaki), Eiger, Nikon, dan teman-teman sponsor lainnya.

Perjalanan dimulai dari Bali melewati Lombok dan dilanjutkan menyebrang ke Sumbawa besar, kami berangkat jam 2 pagi dari bali dan tiba di Lombok pagi hari dan langsung menuju ke Sumbawa. Penyebrangan dari Lombok ke Sumbawa hanya sekitar 1,5 jam, setibanya di Sumbawa kami memutuskan untuk beristirahat di Sumbawa Besar dan melanjutkan perjalanan esok paginya.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Tambora, jarak yang kami tempuh sekitar 300km dari Sumbawa Besar, melewati perbukitan, pinggir pantai, jalanan yang berkelok-kelok, sungguh pemandangan yang sangat indah. Kadang kami berhenti untuk beristirahat, beruntung ada sacio coffee yang menjadi penyambung perjalanan kami, minum kopi seperti mengembalikan mood kami di jalan. Malam hari kami tiba di Tambora, tidak ada hotel/motel, hanya ada penginapan lokal untuk orang-orang dengan tujuan mendaki Gunung Tambora, berbicara sedikit mengenai Gunung Tambora ini ternyata gunung ini pernah meletus pada tahun 1815 dan menjadi salah satu bencana paling dasyat di dunia dan sampai sekarang statusnya masih aktif.

 

Lokasi Help Portrait kali ini yaitu sebuah pondok pesantren yang diisi oleh anak-anak berusia 6-12 tahun. Kami disambut dengan penuh senyum oleh mereka, sebuah penyambutan yang sangat menyenangkan. Pertama kali kami memperkenalkan diri kepada pengurus disana dan menjelaskan maksud tujuan kami, mereka sangat senang mendengarnya. Dimulai dengan merapikan penampilan mereka sebelum difoto, beruntung kami ada peserta wanita dari Dcab Bali yang juga membackup untuk membawa kebutuhan logistik kami. Pemotretan berjalan lancar, banyak dari mereka yang mungkin baru pertama kali difoto oleh fotografer profesional dan mendapatkan hasil fotonya dalam bentuk cetakan dan di frame. Selain itu kami juga membagikan sedikit konsumsi & buku serta alat tulis dari Dcab Bali. Melihat ekspresi mereka saat menerima fotonya merupakan suatu kebahagian yang tidak ternilai. Kami juga memberikan sebuah kamera dari Nikon untuk pengurus disana, dengan harapan mereka dapat mengabadikan moment-moment kebersamaan mereka menjadi kenangan dalam sebuah foto.

 

Setelah melakukan kegiatan Help Portrait, saatnya kami bersenang-senang dengan sedikit adventure di sekitar Tambora. Lokasi yang pertama kami tuju adalah bukit savana dengan kontur bergelombang, sangat seru sekali berkendara dengan kondisi medan seperti itu. Dengan pemandangan perbukitan dan view laut, sungguh sebuah landscape yang sangat indah. Beruntung juga kami mendapatkan motor dari Duta Intika dengan kondisi yang sangat baik, tidak ada kendala sama sekali sepanjang perjalanan, terbukti tangguh di segala medan. Rasanya waktu begitu cepat, kami harus mengakhiri perjalanan ini dan kembali ke Bali. Terimakasih kami ucapkan kepada semua sponsor yang telah mendukung acara Help Portrait Adventure 2019 ini, semoga kita dapat bertemu lagi di lain kesempatan.

 

 

BECAUSE SHARING IS CARING, AND IT’S BEAUTIFUL – HELP PORTRAIT 2017 AT SUMBA ISLAND

ADIWARNA, CHARITY, GUSDE, MARIO JR, TRAVEL

“Sharing is caring. Teaching our children to share is teaching them compassion and love”.

For those who have been to Sumba island in East Nusa Tenggara may have agreed with me how raw the island still feels. Children are no way seen playing with gadgets. They are free, wild and naturally happy. Regardless the limitation they have, it doesn’t bother them. No internet, who cares? No mall, who even cares? Having to walk to school miles away, it doesn’t bother them at all. They sing, they chat, they pick fresh leaves while walking. They have limitless playground, they run free, wind caresses their smiley faces. What a priceless portrait I’ve seen right in front of my eyes.

It touches my heart and it has reminded me of my childhood in Bali many many moons away. Having the same thought with some like-minded friends, we decided to do something in Sumba. Why not HELP PORTRAIT? We hope that, in the many years to come, they will still remember how pure the island was, how beautiful their childhood was, like what I have always remembered about my childhood. Sharing is caring, and it’s true. To see the sparks in their eyes while we took photos and gave away some books, it’s absolutely priceless. And then you realize, the best things in life aren’t things, but these type of moments.

About HELP PORTRAIT:

HelpPortrait is a global movement of photographers, hairstylists and makeup artists using their time, tools and expertise to give back to those in need

Thank you for all the volunteer : Gusde Photography team, The Light Motion video team , Jenny (JL Makeup art)

GOD’S WILL, STAY CALM

GUSDE, MARIO JR, TRAVEL

I’ve been actively following all news in regards to Mount Agung, our majestic sacred mountain. Some news somewhat are too frightening and worrying. I keep on asking myself, is it really that necessary to be overly panicking and dramatizing the fact that Mount Agung is bursting its power?

Yes there will be impact obviously. People, mainly those living nearby within the affected zone are already evacuated. And as much as possible, their livestock and pets too, it’s ongoing still. Government, civilian, people, private sector, us as their fellow Balinese/Indonesian have offered all we can to keep them safe and comfort. Can we not focus on getting them living their daily life as normal as they could at the evacuated camps? Can we not try to stay calm so psychologically they remain feeling content?

Bali island and majority of its people live from tourism. Can’t we be wise in sharing unnecessary information that will eventually impact our tourism in the long term?

Nonetheless, who am I trying to explain what it is inside my mind to the whole island. All I can say now is, let’s try to keep calm, do our utmost to give hands to our brothers and sisters in East Bali. If we, who live away from the affected zone, can’t keep ourselves calm, what about them? They need our moral support too.

I met an old guy, who is evacuated from his hometown to a nearby unaffected village, a man who happen to experience this force majeure twice. This wise man said “It’s God`s will, nothing to be afraid of. Follow our government instruction, trust in God and we will be fine. Mount Agung is giving its abundant natural wealth to Bali. Stay calm and thanks the God, because him who always protect us, human being.”

If they, who are directly affected, trying to stay calm and positive, trying to live their daily life as normal, why can’t we morally support them in doing so? Think before we share unnecessary thing on social media. Be calm, be wise.

Words by Santi . Photos by Gusde & Mario Jr.